Perbedaan Manajemen Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan
Perbedaan Antara Manajemen Pendidikan
Islam dan Manajemen Pendidikan
Secara
sekilas, terdapat beberapa kesamaan antara manajemen pendidikan Islam dan
manajemen pendidikan, tetapi bila dicermati, antara keduanya terdapat perbedaan
seccara jelas. Berdasarkan ciri-ciri yang melekat pada manajemen pendidikan
Islam kiranya dapat dijadikan bahan untuk memaparkan perbedaan antara manajemen
pendidikan Islam dan manajemen pendidikan.
1. Dasar utama
manajemen pendidikan Islam berupa wahyu (al-Qur’an dan hadis), sedangkan dasar
utama manajemen pendidikan berupa aliran filsafat naturalisme. Wilayah jelajah
filsafat menjangkau tataran rasional, sedangkan wilayah jelajah wahyu dapat
menjangkau tataran empiris, rasional bahkan suprarasional. Filsafat mengandung
pengetahuan filsafat, sedangkan wahyu mengandung pengetahuan sains, pengetahuan
filsafat, pengetahuan mistik, dan pengetahuan estetika. Filsafat merupakan
hasil dari usaha pemikiran manusia, sedangkan wahyu merupakan pemberian Allah
SWT. Filsafatlah yang melahirkan ilmu, tetapi ilmu berbeda dengan al-Qur’an
sebagai wahyu. Isa membedakan bahwa al-Qur’an sebagai perintis, sedangkan ilmu
hanyalah pengikat (Mujamil Qomar, 2013 : 27).
2. Sandaran manajemen
pendidikan Islam meliputi sandaran teologis, sandaran rasional, sandaran
empiris, dan sandaran teoritis. Sedangkan sandaran manajemen pendidikan hanya
dua, yaitu sandaran rasional dan sandaran empiris. Dua sandaran ini (rasional
dan empiris) dirasa cukup untuk (h.27) merumuskan teori-teori tentang manajemen
pendidikan, yang penting suatu hipotesis mengandung kebenaran rasional kemudian
terbuktikan secara empiris. Jika hipotesis itu terus terbukti maka akan menjadi
teori. Adapun dalam manajemen pendidikan Islam, di samping melalui dua sandaran
(rasional dan empiris) juga didasarkan pada sandaran teologis berupa wahyu
(al-Qur’an dan hadis) yang berasal dari Sang Pemilik ilmu, dan sandaran
teoritis yang berasal dari teori-teori manajemen pendidikan yang telah
diseleksi berdasarkan nilai-nilai Islam, sehingga teori manajemen pendidikan
yang lulus seleksi akan digabung ke dalam bangunan teori manajemen pendidikan
Islam (Mujamil Qomar, 2013 : 27-28).
3. Manajemen
pendidikan Islam bercorak theoantroposentris (berpusat pada
Tuhan dan manusia) yang seimbang, sedangkan manajemen pendidikan bercorak antroposentris (berpusat
pada manusia semata). Dalam manajemen pendidikan Islam, Allah SWT melalui wahyu
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, berdiri sebagai pusat konsultasi dari
hasil-hasil pemikiran manusia, sehingga wahyu berfungsi menunjukkan dan
mengendalikan , sementara itu akal manusia bebas berpikir dalam jalur yang
benar. Sedangkan manajemen pendidikan karena tidak didasarkan pada wahyu, hanya
mengandalkan hasil-hasil pemikiran manusia dalam hal ini yaitu para pakar
manajemen pendidikan (2013: 28).
4. Manajemen pendidikan
Islam mengembangkan misi emansipatoris, sedangkan manajemen pendidikan
mengembangkan misi kapitalistik. Dalam praktiknya, misi kapitalistik dapat
terlihat dalam pola pemilihan siswa dan mahasiswa. Komersialisasi pendidikan
telah tumbuh subur, tak ayal lagi, pendidikan seperti transaksi bisnis.
Kebijakan-kebijakan yang diberlakukan sangat kapitalistik (h.28), misalnya bagi
peserta didik yang belum melakukan registrasi dianggap mengundurkan diri, tidak
menerima peserta didik yang lemah dalam hal finansial, cenderung mencari
peserta didik yang orang tuanya kaya raya, penetapan sumbangan pendidikan
secara besar-besaran yang menindas peluang anak orang miskin, menonjolkan
kemegahan bangunan gedung, menonjolkan kelengkapan sarana dan prasarana,
membangun opini bahwa pendidikan yang maju mesti mahal biayanya, dan sebagainya
(2013: 28-29).
5. Mekanisme
yang ditempuh manajemen pendidikan Islam adalah mekanisme transformatif,
sedangkan mekanisme dalam manajemen pendidikan adalah mekanisme transfer.
Mekanisme transfer dapat terlihat dengan jelas pada kecenderungan hanya
menerima peserta didik yang pandai sehingga nanti akan menghasilkan output yang
pandai juga (2013: 29).
6. Manajemen
pendidikan Islam menekankan pada kemampuan memproses, sedangkan manajemen
pendidikan menekankan pada kemampuan menampung modal (kualitas yang baik pada
input). Manajemen pendidikan mengandalkan pada tahap awal, sedangkan manajemen
pendidikan Islam mengandalkan tahap tengah, manajemen pendidikan mengandalkan
potensi asal peserta didik, sedangkan manajemen pendidikan Islam mengandalkan
upaya atau rekayasa, menejemen pendidikan mengandalkan rata-rata nilai yang
baik (2013: 30).
7. Tujuan yang ingin
diraih oleh manajemen pendidikan Islam adalah keberhasilan mengintegrasikan
kematangan dan keunggulan spiritual (iman), intelektual, amal, keterampilan
(h.30), dan akhlak. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen
pendidikan adalah hanya keunggulan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tujuan
“Trio Keunggulan” ini sangat dipengaruhi oleh Taksonomi Bloom yakni
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
Adapun manajemen pendidikan Islam menargetkan idealism yang lebih tinggi yaitu
dengan menambah keunggulan spiritual (iman) dan akhlak. (2013: 30-31).
Catatan
Mujamil Qomar, 2013. Strategi
Pendidikan Islam. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Comments
Post a comment